Ratusan Tikus Berbondong Serang Pertanian di Kalibening Banjarnegara dan Sangat Meresahkan Petani

Serangan hama berupa tikus semakin menjadi keluhan serius bagi petani di Blok Brukah/Sindu Kalibening. Tingkat serangan yang tak terkendali telah mengakibatkan beberapa petani terpaksa melakukan penyemaian bibit padi hingga 3 kali semai karena bibit-bibit mereka terus dimangsa oleh tikus.

Sidar, seorang petani padi di wilayah tersebut, menyatakan bahwa serangan tikus semakin sulit diatasi. Petani di daerah tersebut harus tetap waspada 24 jam karena benteng pelindung pembibitan mereka sering kali dirusak oleh tikus. Mereka terpaksa menjaga pembibitan setiap malam agar tikus tidak menyerang dan merusak tanaman.

“Kami bersama petani lainnya siaga 24 jam. Benteng pelindung pembibitan sering dirusak dan terpaksa tiap malam jaga pembibitan agar tikus tidak menyerang,” ungkap Sidar.

Semaian bibit padi bisa habis dalam hitungan menit jika tidak dijaga. Tikus, yang mencari makan pada malam hari, menyebabkan banyak petani harus berjaga di petak lahan pembibitan mereka. Sidar menekankan bahwa tikus tampaknya telah mengetahui cara melewati benteng pembibitan, dan jika tidak ada pengawasan malam, kerusakan pasti terjadi.

Salim, seorang petani lainnya, mengungkapkan kesulitannya karena serangan tikus yang bersifat sporadis dan datang dalam rombongan besar. Banyak petani berharap agar dinas terkait memberikan bantuan racun atau mercon tikus untuk membantu mereka mengatasi masalah ini dan menghindari keterlambatan masa tanam karena harus berkali-kali membuat persemaian baru.

Galih Permana, petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (PPOPT) Kecamatan Kalibening, menjelaskan bahwa hasil pengecekan lapangan menunjukkan adanya banyak lubang aktif tikus di tanggul-tanggul sekitar hamparan sawah. Tikus menyerang fase pembibitan pada tanaman padi mulai umur 3 hari setelah tanam.

“Apabila tidak dilakukan gropyokan, pengumpanan tikus, dan pembersihan lingkungan sekitar lahan, 90 hektar sawah berstatus waspada tikus,” kata Galih.

Serangan tikus paling parah terjadi di wilayah Desa Bedana, Sirukun, dan Gununglangit. PPOPT sudah melaporkan kondisi ini kepada Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, serta mengusulkan tindakan pengendalian berupa gropyokan dan pengumpanan racun tikus secara serentak.

“Kami sedang mengajukan sarana dan prasarana kepada dinas, termasuk menunggu kesepakatan dengan petani kapan dilaksanakan gropyokan,” tambah Galih.

Galih menegaskan bahwa gropyokan dan pengumpanan racun tikus serentak, bersama dengan pengumapanan rodentisida pada lubang aktif, dapat membantu menekan populasi tikus. Petani juga diminta untuk berpartisipasi dengan membersihkan lingkungan sekitar sawah, termasuk galengan dan tanggul yang sering digunakan sebagai tempat persembunyian tikus. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan serangan tikus dapat diredam dan ketenangan petani dalam menjalankan aktivitas pertanian dapat pulih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *