Mengurai Sampah, Merajut Lingkungan: Kisah Wonosobo Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Mengurai Sampah, Merajut Lingkungan: Kisah Wonosobo Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup bukan sekadar isu, melainkan prioritas utama pembangunan daerah yang harus melibatkan lintas sektor secara terintegrasi dan berkelanjutan, dari hulu hingga hilir. Pernyataan ini ditegaskan oleh Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, dalam acara “Sarasehan Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Hidup” yang diselenggarakan di Pendopo Bupati.


Kesadaran Ekologis sebagai Pondasi Utama

Afif Nurhidayat menekankan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya urusan teknis, melainkan cerminan dari pola hidup, kesadaran ekologis, dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Berbagai langkah konkret telah dimulai di lapangan, seperti pembangunan Bank Sampah dan TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di berbagai wilayah.

Selain itu, program konservasi dan rehabilitasi lingkungan juga menjadi fokus, meliputi penanaman pohon di lahan kritis, pengujian kualitas udara, air, dan tanah, serta penguatan program Adiwiyata di sekolah-sekolah. Tak ketinggalan, pengadaan dan distribusi bibit tanaman untuk masyarakat juga digalakkan. Harapannya, upaya-upaya ini tidak hanya mengurangi volume sampah dan memulihkan lingkungan, tetapi juga membuka ruang ekonomi berbasis sumber daya lokal secara tepat guna.


Kolaborasi Lintas Sektor dan Ekonomi Sirkular

Bupati Afif Nurhidayat menggarisbawahi pentingnya memulai pengelolaan sampah yang efektif dari sumbernya: rumah tangga, pelaku usaha, dan produsen. Melalui edukasi publik, advokasi kebijakan, serta penguatan budaya pilah sampah, Wonosobo bertekad mendorong terbentuknya sistem ekonomi sirkular berbasis komunitas yang adaptif dan berkelanjutan. Ini adalah fondasi penting untuk menciptakan ekosistem lingkungan yang bersih, sehat, dan siap menghadapi tantangan masa depan.


Tantangan dan Capaian Signifikan Wonosobo

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Wonosobo, Endang Lisdiyaningsih, mengakui bahwa Wonosobo menghadapi tantangan besar dalam penanganan sampah yang semakin kompleks. Namun, pada tahun 2024, Kabupaten Wonosobo mencatat capaian signifikan dalam pengelolaan sampah. Tingkat penanganan sampah di Wonosobo telah mencapai 35,73%, sementara tingkat pengurangan sampah mencapai 15,27%. Capaian ini patut diapresiasi karena telah melampaui target nasional pengurangan sampah sebesar 30% yang ditetapkan untuk tahun 2025.


Komitmen Kuat dan Sinergi Berbagai Pihak

Pemkab Wonosobo memiliki komitmen kuat dalam upaya pengelolaan sampah, tidak hanya melalui kebijakan tetapi juga lewat langkah-langkah konkret di lapangan. Pelibatan berbagai pihak menjadi kunci, termasuk perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, BUMN seperti PT Indonesia Power dan PT Geo Dipa Energi, serta para aktivis dan pegiat lingkungan hidup. Sarasehan ini menjadi wadah untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam menyelesaikan berbagai persoalan sampah di Wonosobo.

Acara sarasehan juga diisi dengan berbagai paparan inspiratif, seperti presentasi dari BSIW tentang pengelolaan Bank Sampah, APPEL tentang tantangan penanganan sampah di masyarakat, dan Gerakan Kelompok Kesadaran dan Integritas “TANPA NAMA” terkait upaya konservasi air di Desa Bowongso Kalikajar. Komunitas Dieng Bersih juga memaparkan aksi nyata mereka dalam menjaga kebersihan kawasan wisata.

Melalui kegiatan ini, diharapkan sinergi lintas sektor semakin kuat, menjadi momentum penting dalam mendorong pengelolaan sampah yang lebih baik dan berkelanjutan di Wonosobo.

Bagaimana upaya kolaboratif ini dapat terus ditingkatkan untuk mencapai target lingkungan yang lebih ambisius di masa depan?

Mengurai Sampah, Merajut Lingkungan: Kisah Wonosobo Menuju Pembangunan Berkelanjutan
Mengurai Sampah, Merajut Lingkungan: Kisah Wonosobo Menuju Pembangunan Berkelanjutan
error: Content is protected !!