Banjarnegara – Masyarakat Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, kembali menggelar tradisi sakral tahunan Grebeg Sura dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, dari 27 hingga 29 Juni 2025, ini menjadi simbol rasa syukur sekaligus pelestarian budaya lokal yang kental dengan nuansa spiritual.
Kirab Gunungan dan Alat Deres: Simbol Kehidupan Warga Gumelem Kulon
Puncak acara Grebeg Sura pada Minggu (29/6/2025) ditandai dengan kirab budaya yang memamerkan empat gunungan hasil bumi dan makanan tradisional. Keunikan dari kirab ini adalah keikutsertaan alat penderes dalam iring-iringan menuju Makam Sunan Geseng, seorang tokoh ulama dan murid Sunan Kalijaga yang sangat dihormati.
“Mayoritas warga kami adalah penderes nira dan pembuat gula kelapa. Jadi alat deres bukan hanya properti kirab, tetapi bagian dari identitas desa,” ujar Arief Machbub, Kepala Desa Gumelem Kulon. Kirab tersebut sekaligus menjadi ekspresi syukur atas hasil bumi dan berkah rezeki warga selama setahun, mencerminkan eratnya hubungan antara masyarakat Gumelem Kulon dengan alam dan mata pencaharian mereka.
Ziarah Makam Sunan Geseng: Doa dan Refleksi Spiritual
Setelah kirab, para tokoh adat, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah melanjutkan prosesi ziarah ke makam Sunan Geseng. Di tempat sakral ini, doa bersama dipanjatkan untuk keselamatan warga serta penghormatan terhadap para leluhur.
Hadir dalam prosesi ini, Wakil Bupati Banjarnegara KH Wakhid Jumali yang memberikan apresiasi penuh atas kekayaan tradisi Desa Gumelem Kulon. “Ini bukan hanya perayaan, tetapi bentuk nyata pelestarian warisan spiritual dan budaya. Semoga tahun baru ini membawa semangat baru untuk berbuat lebih baik,” kata Wabup. Ia juga menekankan pentingnya menjadikan makam Sunan Geseng sebagai destinasi religi dan ruang refleksi bagi masyarakat luas.
Grebeg Sura: Daya Tarik Wisata Budaya Banjarnegara
Sebagai desa wisata budaya, Gumelem Kulon terkenal sebagai titik penting dalam sejarah penyebaran Islam di Banjarnegara. Tak heran jika Grebeg Sura tahun ini turut dihadiri wisatawan dari luar daerah yang datang untuk menyaksikan prosesi budaya yang unik dan penuh makna.
Selain kirab dan ziarah, acara ini juga dimeriahkan dengan pentas seni tradisional dan pengajian akbar, menciptakan perpaduan antara hiburan, edukasi, dan spiritualitas. “Ini adalah momentum untuk nguri-uri budaya, mengenang perjuangan Sunan Geseng, serta merawat jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya,” ujar Arief Machbub.
Warisan Leluhur, Pedoman Masa Depan
KH Wakhid Jumali menegaskan bahwa nilai-nilai keteladanan dari para wali dan leluhur harus terus diwariskan. “Ini bukan sekadar tradisi tahunan. Ini adalah pedoman hidup yang harus kita jaga. Teladan para leluhur seperti Sunan Geseng menjadi pijakan moral untuk membentuk masyarakat yang lebih baik,” tegasnya.
Grebeg Sura di Desa Gumelem Kulon bukan hanya seremoni budaya, melainkan peristiwa sakral yang mempertemukan nilai religius, sejarah lokal, ekonomi rakyat, dan semangat gotong royong. Di tengah arus modernisasi, tradisi seperti ini menjadi pengingat akan pentingnya akar budaya dan spiritualitas dalam membangun masa depan desa yang mandiri dan bermartabat.