Indonesia Darurat Patriarki dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Sudah Saatnya Kenalkan Sejak Dini

KKN Kolaboratif 89 antara UIN Sunan Gunung Djati, UIN SAIZU serta Universitas Annuqayah

Budaya patriarki di Indonesia memainkan peran penting dalam membentuk suatu norma, nilai dan kebiasaan di Masyarakat luas. Sistem ini menempatkan laki-laki sebagai pemegang otoritas baik dalam keluarga, masyarakat bahkan dalam tongak pemerintahan yang telah termanifestasi dalam gaya hidup masyarakat sehari-hari. Salah satu contoh yang sering kita jumpai yakni mengenai pembagian kerja, perempuan seringkali diharapkan hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti mengurus rumah, memasak dan mengasuh anak sedangkan laki-laki diharapkan untuk menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga. Pembagian kerja seperti ini berpotensi untuk membatasi peluang bagi perempuan untuk mendapatkan akses pendidikan, pekerjaan apalagi partisipasi secara politik.

Selain itu, budaya ini juga mempengaruhi bagaimana cara kita memandang dan memperlakukan perempuan dan laki-laki. Stereotipe yang dilekatkan pada satu gender seperti laki-laki dianggap lebih rasional, kuat dan berdikari sedangkan perempuan dianggap lebih emosional, lemah dan bergantung pada orang lain atau pasanganya merupakan keyakinan yang digenalisir akibat budaya patriarki yang telah mengakar. Stereotipe ini dapat mempengaruhi bagaimana perempuan diperlakukan di berbagai tempat dan element masyarakat seperti tempat kerja, ruang pendidikan, partisipasi politik bahkan hubungan pribadi.

Upaya Pemerintah dan Tantangan Gender

Pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam melihat persoalaan tersebut, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dan regulasi yang yang mendorong pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) untuk mewujudkan kesetetaraan gender di Indonesia. Meskipun Indeks Pembangunan Gender (IDG) Indonesia mengalami trend membaik dari tahun ke tahun, menurut Human Development Report, Indeks Pembangunan Gender Indonesia di skala global pada tahun 2020 berada di peringkat 122 dengan skor 0,940. Angka tersebut bahkan dibawah rerata global, laporan ini menunjukan bahwa indeks pembangunan perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Dalam papan peringkat Indeks Pembangunan Gender di Kawasan ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan peringkat terpuruk keenam diantara negara-negara ASEAN yang lain seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan bahkan Vietnam. Tidak hanya itu, tingginya angka ketimpangan gender di Indonesia juga masih menjadi raport merah pada tatanan global terbukti dengan berada pada peringkat ke-109 dari 170 negara dengan skor 0,439 dalam Indeks Ketimpangan Gender Global.

Kekerasan Seksual Anak: Krisis yang Mendesak

Tidak cukup dengan darurat Gender, Indonesia juga mengalami darurat kekerasan seksual terhadap anak. Dimana anak-anak sebagai ujung tongak estafet kepemimpinan bangsa yang menurut data BPS pada tahun 2023 tercatat jumlahnya mencapai 88,7 juta jiwa atau mencakup sepertiga jumlah total penduduk Indonesia. Nyatanya harus berhadapan dengan berbagai persoalan kompleks, salah satunya yakni kekerasan seksual. Survey Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) pada tahun 2024 menunjukan bahwa 1 dari 2 anak rentang usia 13-17 tahun pernah mengalami setidaknya satu kekerasan sepanjang hidupnya dengan 265 kasus korban kekerasan seksual serta 40 kasus korban anak pronografi dan cybercrime.

Menanggapi hal tersebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengaskan bahwa data tersebut bukan hanya sekedar sebagai angka statistik semata melainkan sebuah kisah, trauma, penderitaan baik secara fisik, psikologis, kesehatan, ekonomi, kehidupan sosial korban serta dampak buruk yang ditanggung oleh korban.

Program Edukasi Gender dan Seksual untuk Solusi Awal

Program Edukasi Gender dan Seksual untuk Solusi Awal
Program Edukasi Gender dan Seksual untuk Solusi Awal

Untuk mewujudkan kesetaraan gender dan menghindari kekerasan seksual terhadap anak, Kelompok KKN Kolaboratif 89 antara UIN Sunan Gunung Djati, UIN SAIZU serta Universitas Annuqayah mengadakan progam edukasi “Mengenal Gender dan Sex Education” pada anak usia Sekolah Dasar sebagai upaya membangun kesadaran gender dan edukasi seksual sejak dini. Program ini dilaksanakan pada 12 Agustus 2025 bertempat di SD Derongisor, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo. Dengan jumlah audiens 39 siswa serta siswi kelas lima.

Materi edukasi yang disajikan menggunakan tayangan salindia yang memuat materi informatif dan menyenangkan seperti definisi gender, perbedaan gender dengan jenis kelamin, contoh peran gender dilingkungan sekitar, pentingnya kesetaraan gender, dampak ketimpangan gender dan konsep Mubadallah atau ketersalingan.

Sedangkan untuk materi sex education mengenalkan bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain mencakup mulut, dada, pantat dan kemaluan serta dijelaskan pula mengapa menjaga area pribadi tersebut sangatlah penting serta siapa saja yang boleh melihat atau menyentuh area tersebut (dengan berbagai catatan). Tidak sampai disitu, pelaksanaan edukasi juga didukung menggunakan pembawaan yang Santai dan menarik serta lantunan lagu untuk memudahkan audiens mencerna materi yang disampaikan. Kegiatan tersebut diakhiri dengan tanya jawab seputar persoalan gender dan sex education serta pemberian apresiasi untuk audiens yang berani bertanya ataupun menjawab.

Melalui program gender dan sex education ini, pengetahuan yang telah diperoleh diharapkan dapat membentuk menjadi suatu kesadaran kolektif sejak dini, sehingga persoalan-persoalan gender dan kekerasan seksual terhadap anak dimasa kini dapat dihindari serta segala bentuk ketimpangan gender dan kekerasan seksual terhadap anak dimasa depan diharapkan tidak pernah terjadi.

 

Penulis: Reska Nrs/KKN 89 Derongisor 2025

Foto: Dokumen pribadi

Sumber:

https://data.goodstats.id/statistic/indeks-pemberdayaan-gender-indonesia-terus-meningkat-sejak-2017-I7cI8

https://mediaindonesia.com/humaniora/752425/patriarki-pengertian-dan-dampaknya-di-masyarakat#goog_rewarded

https://www.kpai.go.id/publikasi/laporan-tahunan-kpai-jalan-terjal-perlindungan-anak-ancaman-serius-generasi-emas-indonesia

https://www.kompas.com/jawa-tengah/read/2025/06/15/161600788/kekerasan-seksual-jadi-kasus-tertinggi-terhadap-perempuan-dan-anak?page=1

error: Content is protected !!