Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, membuka kegiatan Sosialisasi Sensus Ekonomi 2026 untuk lingkup Pemerintah Kabupaten Wonosobo di Gedung Sasana Adipura, Senin 24 November 2025. Dalam sambutannya, Afif menegaskan bahwa data adalah fondasi utama perencanaan pembangunan. Tanpa data yang akurat, kebijakan publik rentan salah arah.
Menurutnya, hasil pembangunan harus berkeadilan dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Karena itu, perencanaan wajib ditopang data faktual dan mutakhir. “Tanpa data valid, kebijakan yang kita buat ibarat berjalan tanpa arah,” ujarnya.
Afif menjelaskan bahwa BPS akan menjalankan Sensus Ekonomi 2026 sebagai hajat besar nasional. Sensus ini diharapkan mampu memotret kondisi dan struktur perekonomian secara menyeluruh, mulai dari usaha mikro hingga usaha besar. “Sensus ekonomi bukan sekadar pendataan rutin. Ini barometer kemajuan daerah yang memberi gambaran utuh aktivitas ekonomi non pertanian di Kabupaten Wonosobo,” katanya.
Hasil sensus akan menjadi rujukan penting bagi pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat. Data tersebut menjadi dasar perumusan kebijakan ekonomi yang lebih presisi serta evaluasi terhadap kebijakan sebelumnya.
Afif juga menyampaikan sejumlah isu strategis yang dapat dijawab melalui SE 2026. Di antaranya daya saing usaha, struktur dan level perekonomian daerah, kontribusi UMKM, perkembangan ekonomi digital dan ekonomi hijau, peluang usaha baru, serta pemetaan pasar. Ia menyoroti kembali peran besar UMKM sebagai penopang ekonomi lokal. Berdasarkan SE 2016, terdapat 120.163 unit usaha di Wonosobo. Sebanyak 99,97 persen merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah. Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi yang terbesar dengan porsi 44,21 persen dan menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu 34,63 persen.
“Melalui sensus ekonomi 2026, kita ingin mengetahui apakah struktur ini masih sama atau sudah bergeser ke sektor lain seperti akomodasi, konstruksi, atau jasa,” jelas Afif.
Data ekonomi terbaru nantinya akan menjadi pijakan dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran. Hal ini sejalan dengan visi Wonosobo sebagai Pusat Agrobisnis dan Pariwisata Terkemuka di Jawa Tengah yang Sejahtera, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan.
Pada kesempatan itu, Bupati mengapresiasi peluncuran inovasi Satu Data Desa Wonosobo. Program ini diharapkan mempermudah proses perencanaan karena desa adalah subjek sekaligus objek pembangunan. “Kami berharap desa mampu menjadi produsen data yang valid dan akurat agar pembangunan semakin presisi,” tuturnya.
Kepala BPS Wonosobo, Mustaqim, menyampaikan bahwa sosialisasi dilakukan lebih awal untuk meningkatkan literasi masyarakat dan dunia usaha tentang pentingnya sensus. Pelaksanaan SE 2026 dijadwalkan pada Mei sampai Juli 2026. Karena itu, berbagai persiapan dilakukan sejak sekarang. “Ini bukan sekadar pendataan BPS, tetapi milik Indonesia. Dasar transformasi ekonomi ke depan ditentukan oleh data Sensus Ekonomi 2026,” tegasnya.
Dalam kegiatan tersebut, BPS juga memberikan penghargaan bagi desa peserta Program Desa Cantik 2025. Desa terbaik diberikan kepada Desa Deroduwur Mojotengah, Desa Pungangan Mojotengah, dan Desa Sukorejo Mojotengah. Untuk kategori kecamatan, penghargaan diberikan kepada Kecamatan Mojotengah.
