Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) melaksanakan program pelatihan penggunaan mesin pengaduk ergonomis untuk pengolahan dodol salak di Desa Kupangan, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo. Pelatihan ini berlangsung secara bertahap pada 2, 10, dan 21 Agustus 2025.
Kegiatan tersebut dipandu oleh tiga dosen UMP, yakni Ratna Kartika Wati, S.H., M.Hum., Ph.D. Hengky Widhiandono, S.E., M.Si., Ph.D., dan Siti Zulaehah, S.Si., M.Eng. Program ini terselenggara berkat pendanaan Hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek tahun 2025.
Diversifikasi Dodol Salak untuk Tingkatkan Ekonomi Warga
Ratna Kartika Wati menjelaskan, pengabdian ini bertujuan meningkatkan produktivitas petani sekaligus membuka peluang pendapatan baru melalui diversifikasi produk. Dodol ketan yang selama ini menjadi produk unggulan desa diarahkan untuk dikembangkan menjadi dodol salak dengan dukungan teknologi tepat guna (TTG) serta manajemen usaha yang lebih profesional.
“Berdasarkan analisis di lapangan, para petani merugi akibat harga salak yang anjlok. Sementara itu, jumlah pengrajin dodol ketan terus menurun karena penjualannya lesu,” ujar Ratna dalam keterangan yang diterima RRI, Rabu (24/9/2025).
Desa Kupangan dipilih sebagai lokasi program karena memiliki potensi besar di sektor perkebunan salak. Kondisi tanah dan iklim mendukung pertumbuhan tanaman salak, namun pengelolaannya masih belum optimal.
Dukungan Permodalan, Produksi, dan Pemasaran Digital
Melalui kegiatan ini, tim UMP membantu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sari Salak mendapatkan akses permodalan yang legal dan bebas dari praktik rentenir. Selain itu, pendampingan juga mencakup penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, perbaikan kualitas produk, pengemasan, strategi pemasaran digital, hingga fasilitasi sertifikasi halal dan PIRT.
Sebagai wujud nyata dukungan, DPPM Kemendiktisaintek memberikan hibah berupa:
Langkah ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menambah variasi produk olahan salak.
Dampak Nyata bagi Petani dan Pengrajin
Slamet, salah satu petani salak Desa Kupangan, mengungkapkan bahwa setiap panen raya pada Januari–Februari harga salak jatuh drastis hingga menyebabkan kerugian. Kini, dengan adanya pendampingan UMP, para petani dan pengrajin mulai merasakan manfaat nyata.
“Para pengrajin dodol sangat terbantu, khususnya dalam pengemasan produk agar lebih menarik di pasaran. Kami juga diajari strategi pemasaran melalui media sosial, mendaftar QRIS, hingga pengajuan sertifikat halal dan PIRT,” kata Slamet.
Hasil Pengabdian
Program ini membawa hasil positif:
-
95% anggota KWT Sari Salak sudah terampil membuat dodol salak dengan tekstur lembut dan kenyal.
-
85% anggota mampu memanfaatkan limbah salak (kulit dan biji) menjadi kopi dan teh.
-
KWT Sari Salak kini memiliki tiga mesin produksi utama untuk menunjang diversifikasi usaha.
-
95% anggota mitra memahami bahaya praktik rentenir.
-
Produk mitra telah dipasarkan secara digital melalui QRIS, Instagram, YouTube, dan Shopee.
Dengan capaian ini, dodol salak dari Desa Kupangan diharapkan bisa menjadi ikon baru produk olahan lokal sekaligus solusi peningkatan ekonomi warga berbasis potensi perkebunan salak.