Sebuah video berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menudup warung soto di Wonosobo menggunakan daging manusia sebagai bahan dasar menimbulkan keresahan luas. Video fiktif yang viral ini membuat gempar masyarakat dan meresahkan para pedagang soto di kota wisata tersebut.
Video Viral yang Menimbulkan Kecemasan
Video berjudul “Wonosobo Gempar: Pemilik Warung Masak Mayat Mahasiswi, Jual Soto Selama Dua Bulan Tanpa Diketahui” diunggah pada 18 Agustus 2025 oleh kanal YouTube Cerita Pendek 365. Hingga Kamis (4/9/2025), video tersebut telah ditonton lebih dari 845 ribu kali.
Narasi fiktif dalam video tersebut menyebutkan adanya warung soto di Wonosobo yang menggunakan daging manusia sebagai bahan dasar selama dua bulan. Video ini dibuat dengan format animasi bercerita, namun banyak masyarakat yang belum bisa membedakan antara realita dan fiksi buatan AI.
Dampak bagi Pedagang Soto
Isu ini langsung berdampak pada para pedagang soto di Wonosobo. Salah satunya adalah Sumini, penjual soto sapi di Taman Ainun Habibie yang mewarisi usaha dari almarhum ayahnya.

“Ya kaget ya, apalagi kita, maaf ini soto saya kan masuk roto legendaris ya, saya meneruskan almarhum bapak saya jualan, sampai sekarang. Baru tahu kemarin kabar itu. Kaget ya, takutnya berimbas kepada pedagang-pedagang soto yang emang asli daging sapi ataupun daging ayam kan, itu pengaruh,” ujarnya.
Meskipun belum berdampak langsung terhadap penjualan, Sumini tetap merasa khawatir akan persepsi masyarakat. Ia menegaskan bahwa bahan-bahan yang ia gunakan dijamin aman dan halal.
“Daging yang saya beli juga kan sudah dapat sertifikat halal juga,” tegasnya.
Soto daging sapi buatan Sumini dijual dengan harga Rp 15.000 untuk porsi biasa, dan Rp 20.000 untuk porsi full daging. Dalam sehari, ia bisa menjual 25 sampai 35 porsi, dan meningkat hingga 100 porsi jika ada event akhir pekan.
Tanggapan Pihak Berwenang
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Wonosobo, Khristiana Dhewi, menegaskan bahwa video tersebut adalah informasi yang tidak benar dan sangat meresahkan masyarakat.
“Terkait soto sapi yang viral di Wonosobo, dan itu ternyata hoaks. Sempat ada yang melapor ke LaporBup juga,” ujarnya.
Diskominfo telah berkoordinasi dengan Mafindo untuk menindaklanjuti laporan tersebut. Pihaknya juga telah melapor ke berbagai pihak termasuk Kementerian Kominfo, Mafindo pusat, hingga berencana menyurati YouTube secara resmi.
Penyalahgunaan Teknologi AI
Ketua Koordinator Wilayah (Korwil) Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Wonosobo, Astin Meiningsih, menyebut video tersebut sebagai bentuk penyalahgunaan teknologi AI yang tidak beretika.
“Sebetulnya kalau kita ngomong soal perkembangan teknologi dulu ya, hari ini AI itu menjadi luar biasa. Bisa menjadi peluang, tetapi bisa menjadi petaka ya. Petakanya kalau kita belum paham tentang etika,” ucapnya.
Astin menyayangkan bahwa motivasi di balik video tersebut hanya untuk meraup keuntungan dari tayangan (adsense), tanpa mempertimbangkan dampaknya ke masyarakat.
Upaya Pencegahan dan Edukasi
Sebagai langkah lanjutan, Diskominfo tengah menyiapkan pelatihan literasi digital bekerja sama dengan Mafindo untuk melatih deteksi hoaks dan konten AI di kalangan pemerintah desa dan komunitas.
Mafindo juga menyediakan kanal untuk masyarakat mencari arsip periksa fakta di turnbackhoax.id. “Jangan percaya pada informasi apapun dulu, endapkan dulu, cooling down dulu, setelah itu tanya-tanya ini bener gak ya, dan bisa periksa fakta di kanal kita,” tandas Astin.
Pesan Penting
Khristiana mengingatkan agar masyarakat tidak mudah percaya pada informasi di media sosial dan selalu memeriksa kebenarannya.
“Harapan saya yang pertama masyarakat bijak bermedia sosial. Edukasi itu sangat penting sehingga masyarakat berhati-hati ketika menerima informasi apapun tidak langsung telan mentah,” pungkasnya.
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital dalam era informasi yang semakin mudah dibuat dan disebarluaskan, terutama dengan adanya teknologi AI yang semakin canggih.