Karaton Kasunanan Solo Gelar Tradisi Grebeg Maulud Sambut Maulid Nabi

Estimated read time 2 min read

Karaton Kasunanan Solo kembali menggelar tradisi Grebeg Maulud untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada Senin (16/9/2024). Tradisi ini menjadi momen yang sangat dinantikan masyarakat Solo dan sekitarnya. Dalam prosesi ini, dua pasang gunungan, berupa tumpeng raksasa berisi bahan pangan, diarak dan kemudian menjadi rebutan warga.

Juru bicara Karaton Kasunanan Solo, Muhtarom, menjelaskan bahwa gunungan-gunungan tersebut memiliki makna simbolis yang dalam bagi masyarakat Jawa. “Dengan gunungan tradisi ini, kami diingatkan kembali oleh para Wali Songo waktu itu. Ini menjadi pengingat jati diri bangsa Indonesia,” kata Muhtarom.

Simbolisme Gunungan

Muhtarom merinci bahwa ada dua jenis gunungan yang diarak dalam tradisi ini: Gunungan Jalu (Jaler) yang melambangkan laki-laki, dan Gunungan Istri (Perempuan).

Gunungan Jalu disusun dari bahan pangan pokok seperti sayuran dan buah-buahan, yang memiliki simbol sebagai pencari nafkah. “Bahan pangan dalam gunungan ini terbagi menjadi tiga kategori: Pala Kapendem atau yang ditanam di dalam tanah, Pala Gumantung atau yang tergantung di pohon, dan Pala Kesampar atau yang menempel di atas permukaan tanah,” jelas Muhtarom.

Sementara itu, Gunungan Istri berisi bahan pangan yang telah dimasak, yang menggambarkan peran perempuan sebagai pengatur kebutuhan rumah tangga. “Perempuan dianggap sebagai pengelola rumah tangga yang memastikan semua kebutuhan keluarga terpenuhi,” tambahnya.

Tradisi Dakwah Wali Songo

Lebih lanjut, Muhtarom menekankan bahwa tradisi Grebeg Maulud ini tidak hanya sekadar upacara adat, tetapi juga merupakan warisan dakwah seni budaya dari Wali Songo. “Para Wali Songo menyebarkan ajaran Islam di Jawa dengan menggunakan pendekatan seni budaya agar ajaran mereka lebih mudah diterima masyarakat pada waktu itu,” ujarnya.

Prosesi dan Antusiasme Warga

Ratusan abdi dalem Keraton Kasunanan yang mengenakan busana tradisional Jawa lengkap dengan kain selendang berwarna kuning dan merah turut serta dalam prosesi tersebut. Mereka mengarak gunungan yang terbuat dari berbagai macam bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, makanan berbahan beras, ketan, dan bahan pangan lainnya.

Setelah prosesi doa dan adat Jawa di halaman Masjid Agung Solo, ribuan warga yang telah menanti langsung menyerbu isi gunungan. Bahan-bahan pangan dari gunungan tersebut dipercaya membawa berkah, sehingga warga sangat antusias untuk mendapatkannya.

Tradisi Grebeg Maulud ini bukan hanya menjadi simbol perayaan religius, tetapi juga menjadi wujud dari kearifan lokal yang terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Jawa.

+ There are no comments

Add yours