Mitsubishi Dialtone D160: Si Pengguncang Bumi dari Era 80-an

Mitsubishi Dialtone D160

Bayangkan sebuah subwoofer raksasa yang tidak hanya memproduksi suara, tetapi juga getaran dahsyat layaknya gempa kecil. Kenalan dengan Mitsubishi Dialtone D160, subwoofer terbesar di dunia yang lahir dari tangan para insinyur Jepang era 1980-an. Bukan cuma ukurannya yang fantastis, tapi juga dampaknya yang bikin heboh.


Spesifikasi Gokil yang Nggak Masuk Akal

Mitsubishi Dialtone D160 adalah definisi “go big or go home” versi dunia audio. Dengan diameter 60 inci (setara 1,5 meter!) dan bobot mencapai 800 kilogram, ini lebih cocok disebut alat berat ketimbang perangkat hiburan. Dibandingkan speaker biasa, ini adalah “monster” yang dirancang untuk memproduksi suara ekstrem.

Tujuan utamanya mungkin untuk eksperimen teknologi, tapi hasilnya lebih mirip perangkat penghancur ketenangan lingkungan!


Pengujian yang Bikin Rusuh

Ketika pertama kali diuji di pabrik Mitsubishi di Koriyama, subwoofer ini langsung menunjukkan taringnya. Baru dinyalakan sebentar, efek getarannya langsung menghancurkan fasilitas:

  • Kerusakan di Lokasi Uji: Lampu-lampu plafon di ruang uji berjatuhan akibat vibrasi yang dihasilkan.
  • Pindah ke Luar Ruangan: Demi menghindari kerusakan lebih lanjut, pengujian dipindahkan ke area terbuka. Tapi alih-alih aman, efeknya malah meluas.

Efek Getaran Radius 2 Kilometer

Pengujian di luar ruangan juga membawa masalah baru. Gelombang suara dan getaran dari D160 terasa dalam radius 2 kilometer. Penduduk sekitar tidak hanya mendengar suaranya, tetapi juga mengalami getaran yang membuat tembok dan jendela rumah mereka bergemeretak.

  • Jarak Dekat? Lebih Gila Lagi! Dalam radius 100 meter, pengalaman mendengarkan D160 seperti berada di tengah konser rock paling liar. Bedanya, ini hanya dari satu speaker. Kalau nggak kuat mental, siap-siap ngerasa “diguncang” secara literal!

Dampak Sosial: Bencana Kecil di Pabrik

Selain suara yang memekakkan telinga, getarannya juga merambat ke tanah. Penduduk di sekitar pabrik melaporkan adanya vibrasi aneh yang mengganggu aktivitas mereka. Alih-alih menciptakan hiburan, proyek ini lebih menyerupai simulasi film bencana. Kalau diluncurkan di era modern, mungkin langsung trending di TikTok dengan hashtag #SubwooferApocalypse.


Kesimpulan: Hiburan atau Kehancuran?

Mitsubishi Dialtone D160 adalah bukti nyata bahwa Jepang era 80-an tidak main-main soal inovasi teknologi. Sayangnya, ambisi besar sering kali mengabaikan dampaknya pada masyarakat. Untungnya, proyek ini tidak pernah dipasarkan secara luas. Bayangkan kalau subwoofer raksasa ini sampai dijual bebas—bisa-bisa konser dangdut kampung naik level jadi acara guncang bumi internasional.

Mitsubishi D160 mengajarkan kita satu hal: teknologi canggih memang keren, tapi jangan lupa mikirin dampaknya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *