Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonosobo menyampaikan permohonan maaf kepada warga Desa Watumalang karena hingga kini jalan penghubung menuju Desa Wonosroyo tak kunjung diperbaiki. Kondisi jalan yang rusak parah sepanjang tujuh kilometer ini telah berlangsung belasan tahun, memicu protes warga yang puncaknya ditandai dengan menanam pohon pisang di tengah jalan.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Wonosobo, Edi Hartono, menjelaskan bahwa ruas jalan Pasuruhan–Wonosroyo belum masuk daftar perbaikan untuk tahun 2025. Alasan utama di balik penundaan ini adalah efisiensi anggaran yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. “Tahun ini ruas jalan Pasuruhan–Wonosroyo tidak ada kegiatan karena efisiensi,” ujar Edi.
Perbaikan Belum Menjangkau Seluruh Titik
Meskipun sebelumnya ruas jalan ini sudah beberapa kali mendapatkan alokasi perbaikan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD, perbaikan yang dilakukan tidak merata. Panjang ruas jalan yang mencapai tujuh kilometer membuat perbaikan tidak dapat menjangkau seluruh titik kerusakan.
Dari total panjang jalan tersebut, setidaknya 1,3 kilometer berada dalam kondisi rusak parah. Lubang-lubang besar, aspal yang mengelupas, serta buruknya sistem drainase membuat jalan ini sangat berbahaya, terutama saat musim hujan. “Kami menyadari keterbatasan ini. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat karena belum bisa menghadirkan infrastruktur yang sepenuhnya layak,” tambah Edi, mengakui kendala yang dihadapi pemerintah daerah.
Protes Warga dengan Menanam Pohon Pisang
Kekecewaan warga mencapai puncaknya pada Sabtu, 30 Agustus 2025, ketika mereka menanam pohon pisang sebagai bentuk kritik keras terhadap lambannya penanganan dari pemerintah. Pohon pisang tersebut ditanam tepat di tengah jalan yang berlubang, menjadi simbol protes atas kondisi jalan yang tak kunjung diperbaiki.
Seorang warga, Abdul Rohim, mengungkapkan rasa kekecewaannya. “Kami warga Desa Watumalang merasa dianaktirikan karena jalan penghubung Desa Watumalang ke Desa Wonosroyo dibiarkan rusak parah. Sudah berpuluh-puluh tahun kami menunggu perbaikan,” katanya. Protes ini mencerminkan betapa mendesaknya kebutuhan warga akan infrastruktur yang memadai demi kelancaran aktivitas sehari-hari.