Banjarnegara – Sekretaris Daerah (Sekda) Banjarnegara, Indarto, meninjau langsung lokasi tanah bergerak dan longsor di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, pada Kamis (23/01/2025). Dalam kunjungan tersebut, Indarto didampingi sejumlah pejabat terkait untuk melihat kondisi jalan dan rumah yang terdampak.
Indarto segera melakukan koordinasi untuk penanganan para pengungsi yang saat ini tinggal sementara di rumah-rumah penduduk di sekitar lokasi. Ia juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi longsor susulan akibat curah hujan yang masih tinggi.
“Kami minta masyarakat waspada menyusul masih tingginya curah hujan akhir-akhir ini. Masyarakat perlu siap menghadapi ancaman bencana alam sewaktu-waktu,” ujar Indarto.
Ia menambahkan bahwa longsor tidak hanya terjadi di Desa Ratamba. Beberapa wilayah lain di Kabupaten Banjarnegara juga dilaporkan mengalami longsor, tanah bergerak, dan banjir. Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait dalam mempercepat penanganan dampak bencana, termasuk pembangunan hunian sementara (huntara) bagi para pengungsi.
Saat berada di lokasi bencana, terlihat beberapa bangunan rumah mengalami kerusakan berat dengan kemiringan yang signifikan. Bahkan, sesekali terdengar suara benda jatuh akibat pergeseran bangunan yang terus berlangsung.
Dampak Tanah Bergerak dan Longsor
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara mencatat, tanah bergerak dan longsor di wilayah ini menyebabkan sebanyak 12 Kepala Keluarga (KK) atau 35 jiwa harus mengungsi, sementara pengungsi sementara tercatat 9 KK atau 26 jiwa.
“Ruas jalan Pejawaran menuju Batur amblas sepanjang 100 meter. Sebanyak 13 rumah mengalami kerusakan berat, 2 rumah rusak ringan, 1 musala rusak berat, dan 1 pondok pesantren juga rusak berat. Selain itu, 8 rumah lain di luar patahan tanah juga terancam,” ungkap Plt BPBD Banjarnegara, Tursiman.
Tanah Masih Bergerak
Kepala Desa Ratamba, Juniawan, mengungkapkan bahwa hingga saat ini tanah di wilayah tersebut masih terus bergerak. Kondisi kerusakan jalan dan rumah pun semakin parah.
Ia menjelaskan bahwa peristiwa ini bermula pada Senin (20/01/2025), ketika salah satu rumah warga mulai mengalami retakan. “Setelah itu terdengar suara mirip ledakan, dan retakan di rumah semakin parah,” ujar Juniawan.
Kejadian ini terus berlanjut dengan terdengar suara ledakan dari rekahan tanah, yang diikuti oleh pergerakan tanah yang semakin signifikan. Akibatnya, warga tidak berani lagi menempati rumah mereka dan memilih mengungsi ke rumah-rumah penduduk di sekitar lokasi.
Hingga berita ini diturunkan, upaya penanganan darurat terus dilakukan untuk memitigasi dampak bencana serta memberikan bantuan kepada warga terdampak.