Sekolah Rakyat Menengah Pertama 13 Banyumas Resmi Beroperasi, Siap Beri Akses Pendidikan Berbasis Asrama bagi Anak Kurang Mampu

Sekolah Rakyat Menengah Pertama 13 Banyumas

BANYUMASSekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 13 Banyumas, yang berlokasi di Sentra Satria Baturraden, secara resmi telah memulai kegiatan belajar dengan menerima angkatan pertama siswa baru tahun ajaran 2025/2026. Sekolah berbasis asrama ini didirikan dengan misi mulia untuk memberikan akses pendidikan menengah yang layak kepada anak-anak kurang mampu di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.


 

Seleksi Ketat untuk 50 Siswa dari 155 Pendaftar

Kepala Sentra Satria Baturraden, Darmanto, menjelaskan bahwa SRMP 13 saat ini sedang menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) selama tiga minggu, sebelum memulai pembelajaran formal.

“Dari total 155 pendaftar, kami seleksi ketat hingga akhirnya menerima 50 siswa, terdiri dari 26 putri dan 24 laki-laki. Proses rekrutmen dilakukan secara online, dengan mengacu pada data dari Dinsos dan BPS, serta hasil pendataan oleh pendamping desa,” ujarnya pada Senin (14/7/2025).

Darmanto menekankan bahwa seleksi dilakukan secara menyeluruh dengan penilaian kondisi ekonomi calon siswa. Setiap anak yang diterima wajib memenuhi kriteria sebagai warga tidak mampu.

“Pendamping wajib menandatangani surat tanggung jawab. Kami juga melakukan asesmen langsung ke lapangan. Bahkan, sebelum masuk, anak-anak mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten Puskesmas Baturraden,” kata dia.

Mengingat siswa yang diterima akan tinggal di asrama dan terpisah dari keluarga, pihak sekolah juga memberikan edukasi serta pendampingan psikologis. “Anak SMP kan masih banyak yang ‘mbok-mbokan’ (sulit berpisah dari orang tua, red). Kami beri pemahaman secara bertahap,” imbuhnya.


 

Kurikulum Adaptif dan Pendampingan Intensif di Asrama

Kepala Sekolah SRMP 13 Banyumas, Siti Isbandiyah, menuturkan bahwa sekolah ini menerapkan kurikulum nasional yang dipadukan dengan pendekatan adaptif sesuai dengan kondisi siswa dan kehidupan di asrama.

“Selain kurikulum Kemendikdasmen, kami terapkan kurikulum taler mate, yakni kurikulum yang fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi siswa. Ada pembelajaran karakter, akademik, dan kehidupan bersama,” ujar Siti.

Untuk memastikan pendampingan optimal, sebagian guru juga tinggal di asrama bersama para siswa, khususnya guru yang belum berkeluarga atau berasal dari luar daerah. “Kami sudah siapkan ruang khusus untuk guru dan kepala sekolah. Saya pribadi juga akan ikut tinggal, meskipun mungkin hanya satu malam,” jelasnya.

SRMP 13 memiliki 13 tenaga pendidik, termasuk kepala sekolah. Setiap 10 siswa didampingi oleh satu wali asuh. Sistem kunjungan orang tua juga diperbolehkan, namun akan diatur sesuai kondisi psikologis anak.

“Ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk membentuk karakter dan kemandirian siswa sejak dini,” pungkasnya.

error: Content is protected !!