Lumajang – Sepasang suami istri, Bambang (49) dan Ngatini (46), warga Desa Kloposawit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami nasib tragis setelah ditemukan meninggal dunia pada Jumat. Kejadian ini berawal pada Kamis (18/4) malam, ketika keduanya terseret oleh derasnya banjir lahar dingin Gunung Semeru.
“Awalnya kedua korban menggunakan motor melintas di Jembatan Sungai Mujur dalam perjalanan pulang usai silaturahmi, namun saat melintas tepatnya di ujung jembatan terjadi ambrol akibat diterjang banjir lahar dingin Semeru,” kata Kapolsek Candipuro, AKP Lugito, dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Jumat.
Kapolsek melaporkan bahwa kedua korban terjatuh dengan sepeda motor mereka ke dasar sungai, kemudian hanyut terbawa derasnya arus banjir lahar dingin Gunung Semeru di Sungai Mujur di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro.
“Korban kemudian ditemukan meninggal dunia di aliran Sungai Dusun Kebonjati, Desa Kloposawit, sehingga petugas dan warga mengevakuasi kedua korban,” ujarnya.
Sebelumnya, hujan deras mengguyur Kabupaten Lumajang. Berdasarkan informasi dari Pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru, tercatat amplitudo maksimal (amak) getaran banjir mencapai level overscale atau di atas skala.
Pada Kamis (18/4) pukul 18.30 WIB, amplitudo mencapai 35 mm, kemudian meningkat menjadi 40 mm dalam waktu dua menit berikutnya, dan tetap tinggi pada 40 mm setelahnya.
Tingginya curah hujan di puncak Gunung Semeru menyebabkan banjir lahar dingin yang meluap ke permukiman warga, merusak sejumlah jembatan, dan menimbulkan kehancuran.
Berdasarkan data BPBD Lumajang, sebanyak tujuh desa dan tiga kelurahan tersebar di lima kecamatan yang terdampak banjir akibat cuaca ekstrem tersebut, antara lain Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Lumajang, dan Sukodono.
Jumlah korban jiwa akibat bencana ini menjadi sorotan, dengan satu orang tertimbun tanah longsor di Desa Supiturang dan dua korban lainnya jatuh terseret derasnya arus lahar dingin Gunung Semeru akibat ambrolnya jembatan di Desa Kloposawit.