PATI – Aksi unjuk rasa ribuan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, berakhir ricuh pada Rabu (13/8/2025) siang. Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu nekat merangsak masuk Kantor Bupati Pati, berupaya merobohkan gerbang, serta melempari gedung dengan botol air mineral dan batu. Kondisi memaksa aparat kepolisian menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Kericuhan ini berdampak signifikan pada aktivitas publik. Sebanyak 22 sekolah di wilayah Pati Kota terpaksa mengalihkan pembelajaran menjadi daring demi keamanan siswa.
Kronologi Memanasnya Aksi
Sejak pagi, massa berkumpul di Alun-alun Pati sebelum bergerak menuju Kantor Bupati. Orasi dilakukan dari atas truk komando. Sekitar pukul 11.00 WIB, situasi memanas ketika sekelompok massa mulai melempar botol air mineral ke halaman pendopo dan batu ke arah kaca sekretariat hingga pecah.
Pagar kantor didorong beramai-ramai. Polisi yang berjaga merespons dengan tembakan gas air mata untuk memukul mundur massa. Kejar-kejaran tak terhindarkan, dan sejumlah petugas dilaporkan terluka. Meski situasi tegang, massa tetap bertahan dan menuntut Bupati Pati Sudewo menemui mereka.
Kapolresta Pati, Kombes Pol Jaka Wahyudi, menduga kericuhan dipicu oleh kelompok penyusup. “Situasi berkembang tidak kondusif karena disinyalir ada kelompok penyusup,” ujarnya.
Tuntutan Massa
Meski beberapa tuntutan sudah diakomodasi, aksi tetap berlangsung karena warga menilai masalah kepemimpinan belum terselesaikan. Tuntutan utama meliputi:
- Pembatalan kenaikan PBB-P2 250% (sudah dibatalkan Pemkab)
- Pengembalian sistem sekolah enam hari per minggu
- Evaluasi atau pengalihan anggaran proyek Alun-alun Pati yang dinilai janggal
- Penghentian atau perbaikan program regrouping sekolah
- Pencabutan pajak dan penertiban yang memberatkan pedagang kaki lima
- Mundurnya Bupati Sudewo dari jabatan
Pemicu Utama Aksi
Rencana kenaikan PBB-P2 hingga 250% menjadi pemicu awal kemarahan warga. Meski kebijakan itu sudah dibatalkan, kekecewaan meluas terkait kebijakan pendidikan, proyek ruang publik, dan tata kelola pemerintahan. Narasi “menjawab tantangan” yang viral di media sosial turut memperbesar mobilisasi massa. Panitia aksi mengklaim jumlah peserta mencapai 50-100 ribu orang.
Dampak Langsung
- Pendidikan: 22 sekolah (TK hingga SMP) di Pati Kota beralih ke pembelajaran daring
- Ekonomi & Lalu Lintas: Sejumlah toko tutup, arus lalu lintas di sekitar alun-alun tersendat, dan beberapa ruas jalan ditutup
Respons Pihak Berwenang
Bupati Pati Sudewo menyatakan telah memenuhi dua tuntutan utama (pembatalan PBB-P2 dan evaluasi proyek alun-alun). Ia mengimbau masyarakat menjaga ketertiban. Polda Jateng dan Polresta Pati menurunkan personel besar-besaran untuk pengamanan. Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi mengingatkan Bupati Sudewo untuk menerima aspirasi rakyat dan menjaga stabilitas daerah.
Prospek ke Depan
Situasi masih dinamis. Kelanjutan aksi bergantung pada:
- Dialog terbuka antara Bupati dan perwakilan massa
- Kepastian tertulis terkait perubahan kebijakan
- Pengamanan proporsional agar tidak terjadi eskalasi baru
Kericuhan ini mencerminkan ketegangan yang mendalam antara pemerintah daerah dan masyarakat terkait kebijakan publik. Penyelesaian konflik memerlukan komitmen nyata dari semua pihak untuk menjaga stabilitas Pati.