Deru Mikro Bus Ajibarang Kian Sunyi: Transportasi Umum Tradisional di Ujung Tanduk

Deru Mikro Bus Ajibarang Kian Sunyi: Transportasi Umum Tradisional di Ujung Tanduk

BANYUMAS — Dahulu menjadi urat nadi transportasi antarwilayah di Jawa Tengah bagian barat, Ajibarang, Kabupaten Banyumas, kini menyimpan kisah suram tentang kemunduran mikro bus, moda transportasi umum yang pernah berjaya.

Jalur Ajibarang–Wangon, Ajibarang–Purwokerto, hingga Ajibarang–Bumiayu yang dulu padat oleh lalu lintas mikro bus, kini hanya menyisakan jejak kenangan. Suara klakson, teriakan kenek, dan hiruk-pikuk penumpang perlahan memudar.


Sepi Penumpang, Roda Mikro Bus Tak Lagi Bergulir Lancar

Terminal Ajibarang kini sepi. Mikro bus yang tersisa hanya duduk diam menunggu penumpang yang tak kunjung datang. Jalanan yang dulu penuh kendaraan umum, kini didominasi sepeda motor dan mobil pribadi.

“Sekarang nyari penumpang susah, beda banget sama dulu. Dulu mah tinggal jalan, udah banyak yang naik. Sekarang kadang ngetem lama, tapi nggak ada yang naik juga,”
— Sungkowo, sopir mikro bus Ajibarang–Wangon, via @ajibarang_keren.

Dalam satu jam, kadang hanya satu atau dua unit yang melintas. Pendapatan menurun, biaya operasional tak tertutupi, membuat banyak sopir akhirnya memilih berhenti.


Supir Mikro Bus Kini Kerja Sendiri, Tanpa Kenek

Tak hanya jumlah armada yang menyusut, kenek pun menghilang. Dulu, kenek berperan besar dalam menarik penumpang dan membantu supir. Kini, sopir harus menjalankan semuanya sendiri:
mengemudi, menarik penumpang, hingga menagih ongkos.

“Dulu ada kenek, saya tinggal nyetir. Sekarang semua sendiri. Udah capek nyetir, masih harus mikir juga penumpang ada atau nggak,” lanjut Sungkowo.

Fenomena ini juga menandai berkurangnya lapangan kerja. Generasi muda enggan terjun ke transportasi umum, lebih memilih sektor informal lain seperti ojek online yang dianggap lebih fleksibel.


Transportasi Tradisional Menuju Kepunahan?

Dari puluhan unit mikro bus yang dulu aktif di Ajibarang, kini hanya tersisa segelintir. Banyak yang dijual, sebagian mangkrak di rumah pemilik, dan sisanya hanya sesekali beroperasi.

Penyebabnya tidak hanya soal teknologi. Kurangnya kebijakan pemerintah daerah untuk melindungi moda transportasi tradisional juga ikut memperparah keadaan.

Padahal, bagi sebagian warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi, mikro bus masih menjadi satu-satunya akses ke tempat kerja atau pasar.


Ketika Kenyamanan Modern Menggerus Tradisi Lama

Transportasi online yang mudah diakses, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, dan kurangnya revitalisasi armada membuat mikro bus ditinggalkan.

Tanpa intervensi pemerintah daerah, baik dalam bentuk subsidi, regulasi tarif, atau dukungan infrastruktur, mikro bus kemungkinan akan benar-benar hilang dari Ajibarang — meninggalkan sejarah tanpa penerus.


Catatan Akhir: Haruskah Kita Biarkan Mikro Bus Menghilang?

Apa yang terjadi di Ajibarang adalah gambaran yang mulai akrab di banyak wilayah lain di Indonesiatransportasi umum konvensional yang tergilas zaman.

Namun, di balik penurunan ini ada pertanyaan penting: apakah kita siap sepenuhnya menggantungkan akses publik hanya pada kendaraan pribadi dan layanan berbasis aplikasi?

Jika jawabannya belum tentu, maka sudah saatnya transportasi rakyat ini dilihat kembali sebagai bagian dari solusi — bukan masa lalu yang dilupakan.

error: Content is protected !!